Mudik Tapi ke Kota – Minggu ini di minggu terakhir Ramadan 2024, banyak orang sudah berbondong-bondong pulang mudik ke kampung masing-masing. Ya topik mudik lebaran 2024 sudah riuh minggu ini.
Banyak yang mudik ini karena asalnya banyak orang merantau dari kampung ke kota demi sesuap nasi. Tapi bisa jadi mereka pulang ke keluarga asal yang berada di kampung.
Banyak cerita bagi mereka yang mudik. Harga tiket jadi mahal dan bisa sudah kehabisan, susah dapat cuti kerja dan berjam-jam kena macet di jalan. Wah saya melihatnya aja udah berasa dramanya. Apalagi semua dilakukan ketika sedang berpuasa. Saya ‘cuma’ melihat karena saya tidak merasakan mudik ke kampung setiap lebaran.
Di Balik Tidak Benar-Benar Merasakan Mudik
Asalnya keluarga saya berada di Indonesia bagian timur. Tapi keluarga inti ada di Jakarta. Kini saya menikah dengan pasangan yang asalnya juga di Jakarta. Sehingga cerita ‘mudik’ kami tidak seheboh, serumit dan sedramatis seperti orang-orang yang mudik ke kampung.
Dulu kala saya single, sempat sih saya membayangkan gimana kalau tiap lebaran saya harus mudik ke kampung calon suami yang ternyata di kota lain yang cukup jauh. Batin saya sebenarnya tidak setuju. Memikirkan kalau saya bisa sama sekali tidak cocok dengan suasana dan harus berjam-jam berada di jalan. Juga karena namanya juga lebih ingin ke rumah orangtua di hari lebaran.
Walau apapun itu sebagai istri tetap saja harus ikut suami. Dan juga dimanapun merayakan lebaran harus diniatkan sebagai hari yang fitri dan hari bersilaturahmi.
Mungkin itulah salah satu jalan dari-Nya, saya menikahi pasangan yang asalnya di Jakarta juga. Malah saya dan suami yang memilih tinggal di kota sebelah Jakarta. Jadinya sih, kami cuma bolak-balik dari kota sebelah Jakarta ke Jakartanya. Tidak menginap apalagi sampai berhari-hari seperti orang mudik pada umumnya. Mungkin cerita mudik kami begitu sederhana.
Drama Mudik ‘Cuma’ Menyeberangi Kota
Meski mudik kami terbilang sederhana, namun bukan berarti tanpa drama. Pasangan saya bukan tipe yang ingin ribet dengan hal-hal yang bukan krusial. Misalnya berlebihan mencari baju lebaran dan berjam-jam di jalan karena harus sampai ke suatu tempat tak peduli jam macet. Maksudnya mungkin, makna dan inti lebaran bukan itu. Dan tentu saja faktor kepraktisan.
Seringnya, ‘rute’ mudik kami adalah spontan. Tidak pernah secara spesifik merencanakan dari pagi hingga malam kemana saja jadwal kami. Dulu sih ini jadi hal yang cukup bikin saya deg-degan. Tapi as the time flies, saya mulai easy-going saja. Iya makna lebaran adalah mencapai fitri dan bertemu sanak saudara.
Ya tapi realitanya kami tetap harus ke Jakarta dan tidak pernah tidak bertemu macet. Pasti ada, walau sebentar saja. Tapi sering juga melihat jalanan Jakarta lengang yang itu jarang-jarang sekali, bukan?
Karena banyaknya saudara dan time table atau jadwal kami berbeda-beda, sehingga belum tentu kami bertemu satu sama lain di rumah keluarga. Hal ini cukup disayangkan kalau kami berharap bisa bertemu, tapi kami juga mengerti karena jadwal setiap keluarga berbeda-beda.
Kala urgent kami harus banget menyambung silaturahmi ke rumah nenek uyutnya si kecil di Jakarta, adalah ketika si kecil baru berumur 1 bulan lebih dan harus berkendara. Ini dikarenakan urgensi umur si kakek buyut yang mungkin tidak lama lagi. Selama perjalanan saya khawatir si kecil overwhelmed dengan banyaknya pemandangan baru. Tapi Alhamdulillah semua berjalan lancar saja.
Penutup
Saya tidak merasakan mudik lebaran pada umumnya. ‘Cuma’ mudik ke kota Jakarta. Dimanapun kita menghabiskan waktu lebaran, tentu berharap mengalami momen terbaik.
Bagaimana dengan mudik lebaran 2024 kamu? Apa kamu merasakan pulang kampung ketika mudik seperti banyak orang atau seperti saya juga?
Pingback: Agar Tempat Wisata Terkendali dan Bersih Saat Libur Lebaran - Sunglow and Me
Kalau ke kampung halaman menghabiskan waktu 45 menit sampai 1 jam termasuk mudik apa tidak sih mbak?
Aku tahun ini gak mudik, mbak
Ikut apa kata suami, karena sebelum2nya sudah lebaran di desaku
Sejak ibu mertua meninggal, dan bapak mertua ada keluarga sendiri, jadi lebaran di rumah suami, karena merayakan bareng adik ipar juga
Betul banget kesimpulannya
Momen terbaik dari merayakan hari raya idul Fitri lah yang dicari
Jakarta sepi kalau Lebaran yaa..
Suasana yang sangat jarang sekali ditemukan ketika setiap hari bercengkerama dengan ibukota Indonesia.
Aku mudik ke Surabaya, kak..
Tapi sama seperti kak Andin, aku sama suami sama-sama orang Surabaya yang tinggal di Bandung. Jadi meski merasakan mudik jauh, teteo ujung-ujungnya se-kota.
Anak-anak yang paling menikmati momen mudik.
Karena mreka nunggu-nunggu banget kumpul spups .
Sejak 2017 saya sudah hengkang dari Jakarta dan pindah ke Pati, sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Jadi, kalau mudik ya saya sih diam di rumah aja deh. Hehehe.. Tapi saya pernah merasakan lebaran di Jakarta dan itu nikmat banget sepinya. Paling gak enaknya susah nyari makanan aja sih karena yang jualan pada mudik.
Idem Mbak, saya juga dulu kira bakalan terus-terusan merasakan mudik dan aneka drama saat perjalanan tapi sekarang sih yang ada jagain kota aja ini 😀
saya udah bertahun-tahun nih gak ikutan mudik ama Paksuami lagi saat Lebaran, apalagi sudah 2 tahun Ibunya berpulang, beliau semacam gak ada alasan lagi untuk pulang saat hari Raya sih
Pingback: SHD#15 : Heat Wave dan Era Malas - Sunglow and Me