Review Buku Menuju Rumah Minim Sampah by DK Wardhani

Review Buku Menuju Rumah Minim Sampah by DK Wardhani – Sudah beberapa lama sampah menjadi perhatian saya. Gara-garanya truk sampah di perumahan mulai lambat mengambil sampah di rumah. Biasanya mereka datang setiap tiga hari sekali. Kini malah bisa seminggu sekali atau bahkan tidak datang sama sekali. Berganti dengan tukang gerobak sampah kecil yang mengambil. Menurut bagian keamanan, ini karena truk sampah biasanya sudah kepenuhan.

Melihat berita di headline, sampah di Depok mulai mengganggu jalan umum. Ya, sampah-sampah justru ditaruh di sisi jalan dan bahkan sampai menyulitkan pejalan kaki yang ingin menggunakan sisi jalan. TPS Kemiri bahkan sampah sudah overload hingga 7 meter!

Sebenarnya memang masalah sampah sudah lama jadi kekhawatiran. Namun manusia tetap saja mengkonsumsi dan menghasilkan sampah selama mereka masih hidup. 

Sewaktu saya ikutan tantangan menulis bertemakan Bumi dan membaca tulisan-tulisan setoran lainnya, baru saya semakin aware dengan masalah lingkungan hidup

Awalnya berpikir meminjam bukunya kepada kenalan di komunitas, namun akhirnya saya putuskan untuk membeli buku D.K Wardhani, Menuju Rumah Minim Sampah dari salah satu toko online yang menjual barang-barang khusus sustainable. Ini merupakan kedua kalinya saya membeli buku dari beliau. Buku pertama yang saya baca adalah buku mengenai homeschooling. Ternyata beliau sangat concern dengan masalah sampah lho. Malah anak beliau pun meluncurkan aplikasi untuk zero waste, masya Allah. Lebih lanjut mengenai buku ini, baca terus ya.

Tentang Buku Menuju Rumah Minim Sampah

Dengan sampul putih dan ilustrasi watercolor sederhana, Buku Menuju Rumah Minim Sampah merupakan buku yang secara garis besar cukup ringan dan mudah dibaca. Isinya tentu saja mengenai upaya kita meminimalisir sampah dari rumah sendiri. Buku dengan dominasi desain putih dan hijau itu secara tampilan layout kertas-kertasnya umumnya mirip seperti layout majalah. 

Diimbangi gambar, fakta-fakta mengenai masalah sampah, ilustrasi ‘menyentil’ dari karakter manusia dalam menangani sampah dan juga tabel dan isian untuk kita sebagai pembaca bisa mengisi, isinya menerangkan masalah sampah yang harus jadi perhatian kita. Tak hanya Ibu DK Wardhani yang menulis, tapi juga dari ibu-ibu dan pemerhati lingkungan yang menuliskan pengalaman juga tips mereka dalam menghadapi masalah sampah.

Di bab-bab terakhir bahkan ada cerita mengenai mengadakan event dengan konsep zero waste yang cukup menginspirasi. Ada kutipan yang melegakan saya di dalam buku ini, yaitu menerapkan minim sampah tidak perlu langsung dilakukan semuanya sekaligus. Tapi bisa bertahap.

Overall, walaupun membahas tema yang cukup memprihatinkan dan berat tapi penyampaiannya terasa mudah dan enak dibaca. Karena banyak diselingi kutipan dan ilustrasi komedi yang menyentil kita sebagai manusia.

Tanggapan dari Buku Menuju Rumah Minim Sampah

Saya termasuk yang ogah menumpuk barang. Karena salah satunya efek membaca buku Marie Kondo berjudul Life-changing Magic of Tidying Up, ternyata saya sudah menerapkan dulu tahapan Refuse. Yaitu satu dari cara meminimalisir sampah, atau sisa bahan konsumsi (seperti yang di rephrase buku Menuju Rumah Minim Sampah). Refuse berarti menolak atau memilih untuk tidak mengkonsumsi barang-barang yang akhirnya bisa menjadi sampah. Sepertinya cara saya declutter barang rumah juga masuk ke tahapan ini.

Tak hanya Refuse, ada juga Recycle dan Reuse. Sebenarnya segala konsep yang dijabarkan sudah familiar. Tapi nyatanya menerapkannya tidaklah semudah itu. Misalnya seperti mendaur ulang barang, saya suka menggunakan ulang botol-botol kaca bekas selai atau lainnya. Sebisa mungkin juga tidak membuang langsung wadah thinwall bekas wadah makanan.

Salah satu bab di buku ini menanyakan jumlah sampah yang kita hasilkan setiap hari. Ini juga salah satu tugas peserta kelas zero waste yang Ibu DK buat. Terkadang saya menghela nafas melihat sampah yang harus saya buang tiap hari, biasanya sekantung plastik ukuran medium. Kalau dikumpulkan seminggu, berarti ada 7 kantong plastik medium. Beratnya tentu bervariasi. 

Itu pun saya merasa bersalah karena mengurai plastik hingga punah dikatakan sebanyak 500 tahun! 

Tentunya setelah membaca buku ini saya semakin ingin mengurangi sisa hasil konsumsi di rumah. Saya lebih jarang jajan kopi dan berpikir mau lebih banyak memasak dibanding pesan makanan online. Kalau mau beli makanan di luar, saya sudah berpikir mau membawa wadah saja. 

Kalau anjuran membawa tas kain jika berbelanja ke warung memang sudah saya lakukan setelah ikut tantangan menulis bertema Bumi. Yang cukup jadi perhatian adalah saran Ibu DK untuk mencari penjual yang ramah agar membolehkan kita membungkus makanan dengan tas kain yang kita bawa. Saya rasa sih memang ada benarnya. Walau kadang wajah penjualnya saja yang terlihat jutek tapi sebenarnya dia terserah sama pembeli. Yang sering terjadi adalah saya kurang cepat sama penjual, tahu-tahu dia sudah membungkuskan dengan plastik. Saya harus jujur bahwa terkadang saya masih membutuhkan plastik biasa demi membungkus sampah. 

Saya juga ingin membeli komposter. Sebenarnya sudah lama ingin membuat kompos tapi belum diniatkan penuh. Dulu saya membuang sampah organik di atas tanah di kebun. Ya tapi harap maklum karena wawasan minim, jadinya komposter terlalu basah dan kurang sampah kering. Kini sudah siap dipakai sih setelah sebulan menimbun. Namun saya belum mengaplikasikan sebagai media tanam atau dipindahkan.

Bab mengenai event zero waste itu cukup menginspirasi. Yang mengagumkan itu karena bisa ada sekumpulan ibu-ibu yang sevisi mengenai meminimalisir sampah sehingga kompak membuat acara yang tidak menghasilkan sampah. Saya rasa hal ini butuh komitmen dan niat yang penuh. Menarik sekaligus menantang. Siapa tahu ke depannya bisa buat kegiatan berkonsep zero waste ya. Aamiin.

Penutup

Terima kasih Ibu DK Wardhani yang idealismenya ditularkan ke kami, para ibu-ibu dan mungkin kalangan lain yang peduli lingkungan dan kesehatan. Karena walaupun Bumi punya kemampuan untuk ‘sembuh’ dari pencemaran lingkungan dan kami manusia tidak bisa tidak mengkonsumsi, tetap kita bisa mengatur dan meminimalisir dampak buruk konsumsi yang kita hasilkan.

Bagaimana menurutmu mengenai meminimalisir sampah dan buku Menuju Rumah Minim Sampah ini? Yuk kita minimalisir sampah dan menerapkan gaya hidup sehat!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *