SHD#16 : Stres dan Enviromental Awareness

SHD#16 : Stres dan Enviromental Awareness – Yah, setelah periode malas.. still more malas to come. Saya memang ngga bangga dengan periode ini. Pindahan awal tahun benar-benar membuat rutinitas yang saya bangun jadi acak-acakan. 

Pekerjaan lepas yang menuntut saya untuk selalu menyelesaikan cepat membuat saya abai dengan sektor lainnya di kehidupan saya. Di satu sisi, Alhamdulillah. Saya punya beberapa opsi memang untuk meringankan pekerjaan seperti menyerahkan cucian ke jasa laundry atau pesan makanan ke rumah. 

Sayangnya, ngga semua tempat makan punya opsi yang ramah diet. Namun saya berhasil mengubah gaya hidup menjadi sedikit lebih enviromental-friendly. Baca terus kalau mau tahu maksud saya:

Lebih Banyak Makan Ikan

Ketika lagi sibuk, sulit untuk memasak makanan sendiri untuk mengkonsumsi makanan rendah kalori. Tapi karena keterbatasan opsi, saya putuskan untuk memilih protein seperti ikan ketika memesan makanan siap makan. 

Seringnya di rumah pesan ayam goreng, karena merupakan pilihan yang disukai semua orang. Nah biasanya di restoran tersebut ada opsi seperti ikan goreng. Alhamdulillah, seenggaknya lebih rendah kalori. Kadang kala kalau ada makanan seperti pepes dijual, saya pesan saja.

Pilihan makan ikan ini mengingatkan saya akan menu makanan di rumah orangtua dulu yang sering dirajai ikan. My mom had it right all along. Mending makan ikan, rendah kalori and delicious!

Tapi karena makan ikan, saya jadi agak ‘dijauhi’ orang rumah karena semua nggak suka dengan aroma ikan. Hehe, baiklah. Jadi ada sedikit me-time.

Oh ya, saya juga masih pesan salad dalam kemasan karena memudahkan banget. Sekali beli bisa 4-5 kali makan.

Beli Buah di Tukang Buah

Karena suka tenggelam dengan kesibukan, saya suka beli buah di aplikasi grocery. Nggak sempat jalan ke tukang sayur karena harus jalan sedikit dan jalanannya nggak ada trotoar, jadi agak ngeri.

Namun seringnya beli di aplikasi, harga buahnya kurang friendly di kantong. Apalagi kalau bukan musimnya. Jumlahnya juga ngga begitu banyak. Walaupun bisa aja beli, tapi sayang kalau cepat habis harus beli lagi dan gak praktis.

Karena sesuatu hal (yakni cari buah untuk si kecil), saya cari tukang buah di toko oren. Saya menemukan harga buah yang jauh lebih murah. Habisnya jadi lebih lama. Jadinya lebih hemat dan efektif, ga perlu bolak-balik pesan. 

Bye-bye Air Fryer?

Saya sebenarnya senang mencoba masakan baru. Akhir-akhir ini saya suka mencoba menu baru dan memanggang di air fryer. Misalnya seperti resep roti sobek keju ini.

Sayangnya saya menemukan testimoni bahwa memasak dengan air fryer itu membahayakan kesehatan. Memang sih, saya cukup jarang memakai air fryer karena kesibukan dan menjaga pemakaian listrik.

Tapi testimoni seorang ibu yang setiap hari memasak makanan organik dan sehat ke anaknya membuat saya jadi ngeri pakai AF. Ibu ini padahal ibu yang terlihat sangat cermat membuatkan menu sehat ke anaknya. Sayangnya saya lupa link video testimoninya ada dimana.

Ternyata saya juga nggak bisa memanggang di rumah. Berarti opsi saya memasak sehat selanjutnya adalah mengukus. Atau memanggang di atas teflon. Okay.

Memilih Memakai Peralatan Rumah Tangga Yang Lebih Sehat 

Sebuah tantangan menulis bertemakan Bumi beberapa bulan lalu membuat saya lebih aware tentang bahayanya memakai plastik kresek. Hal ini membuat saya membawa tas kain jika pergi ke tukang sayur dan warung. Soalnya di rumah, stok kresek lumayan banyak.

Hal ini saya lakukan sampai kresek mau habis di rumah. Saya juga sengaja belanja bulanan sekaligus sehingga saya tak perlu order online dan membuat sampah lagi dari kemasan paket. 

Masih sulit untuk benar-benar melepaskan plastik kresek. Tapi setidaknya saya bisa mengurangi sampah.

Saya juga mulai lebih sering memakai wadah kaca untuk menyimpan makanan yang panas. Ini karena saya sadar memakai wadah plastik juga berbahaya jika memasukkan makanan yang sangat panas. 

Sekarang juga agak berpikir kalau mau jajan kopi, mikirin sampah gelas plastiknya. Juga pemakaian gelas kertas yang ternyata berbahaya untuk kesehatan. Sekarang saya berpikir beli langsung yang seliter agar mengurangi sampah gelas plastik.

Saya juga mencoba memakai panci stainless steel karena baru sadar bahwa panci dengan coating berpotensi bahaya juga untuk kesehatan. 

Mencoba Menanam Timun di Rumah

Saya selalu ingin menanam sayur atau cabai di rumah. Menyenangkan jika bisa menumbuhkan stok masakan sendiri. Tapi ada rasa tidak PD.

Ketika belanja bulanan, saya melihat bibit timun dijual. Saya putuskan untuk membeli. Sambil juga mau beli buku tentang zero waste, saya sekalian beli media tanam dan peralatan berkebun. 

Semoga berhasil dan timunnya tumbuh! Alhamdulillah, kuncupnya sudah kelihatan.

Oya, gara-gara mencari proyek homeschooling untuk anak saya, saya jadi baru tahu bahwa air rendaman buah bisa jadi cairan pupuk untuk tumbuhan. Kali ini saya sedang merendam kulit mangga. Insya Allah mau saya coba.

Penutup

Oke, berat badan saya sempat naik ke area mengerikan. Tapi Alhamdulillah sudah turun lagi. Saya harus tetap olahraga walau sibuk, meski cuma 10-15 menit. Namun memang mencari celahnya agak tricky.

Begitulah kesimpulan pemilihan gaya hidup saya akhir-akhir ini karena ingin hidup lebih sehat. Semoga bermanfaat. Psst, ini artikel pertama dimana saya pakai stok foto sendiri di foto utama, hehe.

Ada yang punya pengalaman mirip atau ingin berkomentar? Silahkan yaa..

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *